TETABUHAN ARAK - BEREM DALAM TANTRA
Arak dan Berem merupakan minuman tradisional Bali yang tidak asing dikehidupan orang Bali pada umumnya. Saat mendengar kata ARAK, indera penciuman kita bisa langsung membayangkan mencium aroma alkohol yang menguap dari minuman yang diproses dari buah nira ini. Warnanya putih, bening dan bila diminum ada sensasi panas ketika melewati tenggorokan namun setelah di dalam perut terasa ADEM.
Berbeda dengan Berem yang umumnya berwarna merah atau gelap, minuman yang difermentasikan dari tape ini, memiliki aroma yang datar saja, cenderung manis dan dingin, namun jika diminum membuat sensasi panas di perut. Kawan-kawan yang sering hilir mudik antara ingat (inget) dan lupa (engsap) dengan perantara Berem sering merasakan API EMOSI yang naik ke ubun-ubun saat minuman ini terlalu banyak di minum.
Berbeda dengan saat melakukan perjalanan lupa dan ingat dengan perantara ARAK, cenderung kepala menjadi berat, pusing, dengan emosi yang landai. Jika kita kuliti lebih dalam, ARAK diluar tampak PANAS, namun ketika sampai di dalam perut sifatnya DINGIN. Oleh karenanya secara esensi ARAK dihubungkan dengan sifat MASKULIN (pradana). Sifat maskulin dalam shastra disimbolkan dalam aksara AH. Sedangkan BEREM diluar tampak dingin dan manis, namun ketika sampai di dalam perut sifatnya PANAS, bagai api. Oleh karenanya BEREM dihubungkan dengan sifat FEMINIM (purusha). Dalam shastra disimbolkan dengan aksara ANG.
Para tetua kita pada zaman dulu, menabuhkan BEREM kemudian ARAK atau jika disymbolkan dalam akshara menjadi ANG-AH, ketika meniatkan untuk "mendak" atau menyambut vibrasi energetik alam saat "ngantebang" atau mempersembahkan segehan. Ketika API (ANG) berevolusi menjadi AIR (AH), MAKA disanalah proses kehidupan terjadi, sehingga jika kita baca aksara ini dengan urutan ANG-AH, maka disebut juga SWARANING HURIP.
Demikian juga sebaliknya ketika leluhur kita, telah menyelesaikan rangkaian upakara dengan berbagai YANTRA dalam bentuk bebantenan dan segehan, maka umumnya dilakukan "tabuh pemralina". Yakni dengan menabuhkan ARAK (AH) kemudian BEREM (ANG). Ketika AIR (AH) "mantuk" atau berpulang kembali kedalam API (ANG), maka dikenal dengan proses peleburan atau "memargi budal", dalam bahasa Indonesia, berjalan pulang. Aksara ini dibaca terbalik dari pembacaan awal menjadi AH-ANG, atau lebih dikenal sebagai SWARANING KEPATIAN.
Tetabuhan ARAH-BEREM, atau BEREM-ARAK tumbuh dan berkembang dari ajaran TANTRA yang terinspirasi dari evolusi kelahiran dan kematian dari Pancamahabhuta. Detailnya perjalanan evolusi ini, dapat Anda baca pda buku The Secret Message Of Dalem Sidhakarya (karya penulis di tahun 2019). Kembali kepada topik "Tetabuhan Arak-Berem" bukan hanya sekedar ritual yang tidak didasarkan akan suatu makna, namun bagi Anda yang sempat melakukan perjalanan melalui perbatasan antara lupa (engsap) dan ingat (mabuk) dengan kedua minuman ini, tentu mengetahui betapa kuatnya dampak dari kedua minuman ini.
Untuk menjaga vibrasi energetik saat melakukan ritual tetap alami, maka perlu sekali menggunakan ARAK dan BEREM yang murni atau asli. Tentu saja, minuman ini bukan untuk dikonsumsi secara berlebihan. Namun dipergunakan pada tempatnya, khususnya saat melakukan ritual "mesegeh".
Bila Anda mengkonsumsi daging yang sifatnya panas, seperti daging babi, sapi, bebek, kambing, bagus sekali ditambahkan beberapa sloki ARAK untuk menetralisir, panas yang muncul dari sisa metabolisme pencernaan. Sedangkan jika Anda mengkonsumsi, sesuatu yang sifatnya dingin/tis secara berlebihan seperti, timun, berbagai sayuran, kacang-kacangan, akan sangat bagus dinetralkan dengan sedikit BEREM untuk mengembalikan kehangatan organ pencernaan Anda.
Tentu saja tulisan ini, dibuat dengan melakukan penggalian tekstual dan wawancara dengan beberapa sesepuh yang saya anggap mengetahui tattwa dibalik ritual tetabuhan, dan tentu tulisan ini tidaklah final, masih bisa dikembangkan dan disempurnakan dikemudian hari. Semoga dapat sedikit meramaikan kasanah Tantra di Nusantara yang kita warisi sebagai kearifan lokal dulu, kini dan nanti.
Berbeda dengan Berem yang umumnya berwarna merah atau gelap, minuman yang difermentasikan dari tape ini, memiliki aroma yang datar saja, cenderung manis dan dingin, namun jika diminum membuat sensasi panas di perut. Kawan-kawan yang sering hilir mudik antara ingat (inget) dan lupa (engsap) dengan perantara Berem sering merasakan API EMOSI yang naik ke ubun-ubun saat minuman ini terlalu banyak di minum.
Berbeda dengan saat melakukan perjalanan lupa dan ingat dengan perantara ARAK, cenderung kepala menjadi berat, pusing, dengan emosi yang landai. Jika kita kuliti lebih dalam, ARAK diluar tampak PANAS, namun ketika sampai di dalam perut sifatnya DINGIN. Oleh karenanya secara esensi ARAK dihubungkan dengan sifat MASKULIN (pradana). Sifat maskulin dalam shastra disimbolkan dalam aksara AH. Sedangkan BEREM diluar tampak dingin dan manis, namun ketika sampai di dalam perut sifatnya PANAS, bagai api. Oleh karenanya BEREM dihubungkan dengan sifat FEMINIM (purusha). Dalam shastra disimbolkan dengan aksara ANG.
Para tetua kita pada zaman dulu, menabuhkan BEREM kemudian ARAK atau jika disymbolkan dalam akshara menjadi ANG-AH, ketika meniatkan untuk "mendak" atau menyambut vibrasi energetik alam saat "ngantebang" atau mempersembahkan segehan. Ketika API (ANG) berevolusi menjadi AIR (AH), MAKA disanalah proses kehidupan terjadi, sehingga jika kita baca aksara ini dengan urutan ANG-AH, maka disebut juga SWARANING HURIP.
Demikian juga sebaliknya ketika leluhur kita, telah menyelesaikan rangkaian upakara dengan berbagai YANTRA dalam bentuk bebantenan dan segehan, maka umumnya dilakukan "tabuh pemralina". Yakni dengan menabuhkan ARAK (AH) kemudian BEREM (ANG). Ketika AIR (AH) "mantuk" atau berpulang kembali kedalam API (ANG), maka dikenal dengan proses peleburan atau "memargi budal", dalam bahasa Indonesia, berjalan pulang. Aksara ini dibaca terbalik dari pembacaan awal menjadi AH-ANG, atau lebih dikenal sebagai SWARANING KEPATIAN.
Tetabuhan ARAH-BEREM, atau BEREM-ARAK tumbuh dan berkembang dari ajaran TANTRA yang terinspirasi dari evolusi kelahiran dan kematian dari Pancamahabhuta. Detailnya perjalanan evolusi ini, dapat Anda baca pda buku The Secret Message Of Dalem Sidhakarya (karya penulis di tahun 2019). Kembali kepada topik "Tetabuhan Arak-Berem" bukan hanya sekedar ritual yang tidak didasarkan akan suatu makna, namun bagi Anda yang sempat melakukan perjalanan melalui perbatasan antara lupa (engsap) dan ingat (mabuk) dengan kedua minuman ini, tentu mengetahui betapa kuatnya dampak dari kedua minuman ini.
Untuk menjaga vibrasi energetik saat melakukan ritual tetap alami, maka perlu sekali menggunakan ARAK dan BEREM yang murni atau asli. Tentu saja, minuman ini bukan untuk dikonsumsi secara berlebihan. Namun dipergunakan pada tempatnya, khususnya saat melakukan ritual "mesegeh".
Bila Anda mengkonsumsi daging yang sifatnya panas, seperti daging babi, sapi, bebek, kambing, bagus sekali ditambahkan beberapa sloki ARAK untuk menetralisir, panas yang muncul dari sisa metabolisme pencernaan. Sedangkan jika Anda mengkonsumsi, sesuatu yang sifatnya dingin/tis secara berlebihan seperti, timun, berbagai sayuran, kacang-kacangan, akan sangat bagus dinetralkan dengan sedikit BEREM untuk mengembalikan kehangatan organ pencernaan Anda.
Tentu saja tulisan ini, dibuat dengan melakukan penggalian tekstual dan wawancara dengan beberapa sesepuh yang saya anggap mengetahui tattwa dibalik ritual tetabuhan, dan tentu tulisan ini tidaklah final, masih bisa dikembangkan dan disempurnakan dikemudian hari. Semoga dapat sedikit meramaikan kasanah Tantra di Nusantara yang kita warisi sebagai kearifan lokal dulu, kini dan nanti.
Artikel Menarik Lainnya
6/04/2020
Era Baru Dunia Kedokteran Setelah COVID-19
Kedokteran Terintegrasi merupakan gabungan antara kodokteran konvensional dengan pengobatan komplementer. T 15/06/2019
Resepkan Metode Pelepasan, Seorang Dokter Ditelisik selama 3 Jam oleh BPOM Denpasar
Anda dapat membaca teknologi di Balik Topeng Sidhakarya dari perpektif psikologi modern di buku The Secret Message Of Dalem Sidhakarya 3/08/2019
Manusia Terbalik
Normalnya seorang manusia lahir ke dunia dengan posisi terbalik saat melalui pintu kelahiran dari seorang ibu yang mengandung normal 4/05/2019
''Catus Pata'' Simpul Energi Alam
Persimpangan jalan di kawasan kota kerap menjadi spot yang unik karena dihiasi taman atau beragam patung 18/04/2019