DESA KALA PATRA DALAM ERA BARU
Konsep Desa (ruang) Kala (waktu) dan Patra (keadaan) tidak asing kita dengar. Konsep ini menyatakan suatu hal dapat dikatakan baik dan benar bila sesuai dengan ruang, waktu dan keadaan. Patra atau ke-ada-an merupakan suatu kondisi diri seseorang yang spesifik dan merupakan kombinasi dari tiga hal, yakni respon fisiologis, perasaan dan pemikiran. Ketiganya mengada dalam suatu ruang dan waktu di dalam diri seseorang. Keadaan mengada ini di dalam teknologi pikiran dikenal dengan sebutan state atau dalam konteks pengolahan diri tradisional Bali dikenal dengan istilah ambek.
Sebuah contoh yang sering saya pergunakan menjelaskaan hal ini adalah state atau ambek aktif dan siaga, akan bagus dan membantu produktifitas seseorang saat dilakukan di siang hari. Namun, jika state atau ambek ini aktif di malam hari, ketika tubuh membutuhkan istirahat, maka akan mengakibatkan gangguan tidur dan berpotensi menurunkan produktivitas seseorang.
Konsep ini biasa dipergunakan hampir disetiap aspek kehidupan masyarakat Bali, sehingga melahirkan kebhinekaan yang tumbuh dari akar budaya yang sama. Kita bisa melihat perbedaan banten otonan di Klungkung dengan di Tabanan, namun semuanya memiliki persamaan prinsip.
Konsep ini juga sangat relevan bila diterapkan dalam era baru setelah covid19. Perubahan standar kehidupan telah kita alami beberapa kali. Misalkan setelah bom Bali 1, kita menyaksikan standar yang baru ketika memasuki objek wisata, ada metal detektor, anjing pelacak dan pemeriksaan tas saat akan memasuki suatu hotel. Kemudian standar ini kembali ditingkatkan setelah bom Bali 2, dimana dilakukan pemeriksaan berlapis, dari memasuki parkir, pintu masuk hotel semua dilengkapi dengan detektor dan pemasangan CCTV di lebih banyak titik.
Demikian juga saat pandemi covid19 ini melanda seluruh dunia, kita bersepakat saling menjaga satu sama lain dan menekan penyebaran virus dengan menerapkan standar baru atau normal baru. Memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan menjadi normal baru setiap orang. Sedangkan normal baru memasuki objek wisata, selain standar yang sudah ada kemudian ditambahkan dengan pengecekan suhu tubuh dengan termogun.
Kita bisa merasakan perbedaannya, dulu kita menggunakan masker tatkala sedang flu atau berada di lingkungan berdebu, normal baru saat ini kita mengunakan masker setiap saat. Demikianlah konsep desa, kala, patra akan selalu dinamis dan hanya akan terjadi bila state yang tepat MENGADA di ruang dan waktu yang tepat.
Sebuah contoh yang sering saya pergunakan menjelaskaan hal ini adalah state atau ambek aktif dan siaga, akan bagus dan membantu produktifitas seseorang saat dilakukan di siang hari. Namun, jika state atau ambek ini aktif di malam hari, ketika tubuh membutuhkan istirahat, maka akan mengakibatkan gangguan tidur dan berpotensi menurunkan produktivitas seseorang.
Konsep ini biasa dipergunakan hampir disetiap aspek kehidupan masyarakat Bali, sehingga melahirkan kebhinekaan yang tumbuh dari akar budaya yang sama. Kita bisa melihat perbedaan banten otonan di Klungkung dengan di Tabanan, namun semuanya memiliki persamaan prinsip.
Konsep ini juga sangat relevan bila diterapkan dalam era baru setelah covid19. Perubahan standar kehidupan telah kita alami beberapa kali. Misalkan setelah bom Bali 1, kita menyaksikan standar yang baru ketika memasuki objek wisata, ada metal detektor, anjing pelacak dan pemeriksaan tas saat akan memasuki suatu hotel. Kemudian standar ini kembali ditingkatkan setelah bom Bali 2, dimana dilakukan pemeriksaan berlapis, dari memasuki parkir, pintu masuk hotel semua dilengkapi dengan detektor dan pemasangan CCTV di lebih banyak titik.
Demikian juga saat pandemi covid19 ini melanda seluruh dunia, kita bersepakat saling menjaga satu sama lain dan menekan penyebaran virus dengan menerapkan standar baru atau normal baru. Memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan menjadi normal baru setiap orang. Sedangkan normal baru memasuki objek wisata, selain standar yang sudah ada kemudian ditambahkan dengan pengecekan suhu tubuh dengan termogun.
Kita bisa merasakan perbedaannya, dulu kita menggunakan masker tatkala sedang flu atau berada di lingkungan berdebu, normal baru saat ini kita mengunakan masker setiap saat. Demikianlah konsep desa, kala, patra akan selalu dinamis dan hanya akan terjadi bila state yang tepat MENGADA di ruang dan waktu yang tepat.
Artikel Menarik Lainnya
7/04/2019
Filosofi Di Balik Gerakan Tari Rejang
Tari adalah bentuk ekspresi estetika manusia, yang terbentuk dari dinamika budaya lokal yang mengiringinya. 15/04/2020
Layangan From Wholeness To Wellness
Keutuhan Tubuh, Nafas dan Pikiran merupakan tahap pertama dalam memahami keutuhan-wholeness. Menghayati keutuhan merupakan kendaraan mencapai kesehatan optimal-wellness 7/04/2019
Engkeb-engkeban
Engkeb-engkeban merupakan permainan tradisional yang sampai saat ini masih lestari dimasyarakat, 27/04/2019
Filosofi Tersembunyi dari Tumpek Wayang
Tumpek wayang dirayakan 2010 hari sekali, tepat di hari Saniscara Kliwon Uku Wayang 2/02/2020