Transformasi diri & Sasih Kedasa
Transformasi diri & Sasih Kedasa
Berdasarkan hitungan kalender Bali Saka, Sasih Kedasa sering diidentikan dengan kata Dasa, jika diterjemahkan berarti bulan ke 10 (sepuluh), yang biasanya jatuh setiap bulan April.
Sasih Kedasa dalam lontar Wariga disebut Sasih Waisaka. Dimana kata 'Waisaka' berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna 'Kelahiran' atau 'Penerangan Sempurna'.
Di India kata 'Waisaka' sering dihubungkan dengan kata 'Veshak' dimana bulan ini dianggap sebagai kelahiran pangeran Sidharta yang merupakan tokoh besar dalam penyebaran ajaran agama Budha sehingga kemudian lahirlah hari suci Waisak.
Di Bali, Sasih Waisaka atau Kedasa adalah bulan yang dianggap paling istimewa diantara bulan lainnya. Seperti yang telah diketahui oleh sebagian masyarakat Bali, bahwa Sasih Kedasa dianggap bulan 'pertama' untuk mengawali tahun Saka, yang ditandai oleh hari Raya Nyepi dan Ngembak Geni. Dimana Waisaka sendiri mengandung makna sebagai implementasi pembersihan diri, penyucian diri dan merupakan proses kehidupan manusia seperti 'Lahir Kembali'. Waisaka juga memiliki makna sebuah fase kejernihan, serta jenjang yang paling 'galang' dalam kehidupan manusia setelah berhasil melewati fase sebelumnya yang dianggap gelap (Sasih Kesanga).
Dalam budaya agraris Bali, Sasih Kedasa juga dipercaya sebagai bulan baik untuk melaksanakan aktivitas sawah, seperti 'Ngemula' 'Majukut', 'Manyi' dan berbagai keperluan lainnya. Tidak jarang para petani Bali akan beramai-ramai menggarap ladangnya menjelang sasih Kedasa. Hal ini ternyata berkaitan dengan kondisi cuaca dan intensitas curah hujan, dimana Sasih Kedasa juga memiliki pengaruh baik terhadap hasil panen.
Di sasih Kedasa ada satu hari yang sangat istimewa yaitu 'Purnama Kedasa'. Dimana oleh sebagian orang Bali menyakini Purnama Kedasa sebagai titik puncak untuk melaksanakan berbagai macam upakara/yadnya. Tidak hanya itu, pada saat yang bersamaan masyarakat Bali sangat antusias untuk melakukan persembahyangan karena Purnama Kedasa dipercaya sebagai Rahinan yang penuh berkah dan kesucian.
Dalam tatanan budaya dan kultur adat Bali, Sasih Kedasa sering dikaitkan dengan kata 'Kedas' yang berarti bersih. Ini berarti bukan alam saja yang mampu menciptakan suasana 'kedas', manusia pun harus mampu melakukan pembersihan diri baik secara rohani maupun jasmani. Pembersihan Jasmani bisa dilakukan dengan menerapkan hidup sehat, mulai dari pola makan seimbang serta olahraga yang cukup. 'Kedas' secara rohani dapat dilakukan dengan cara menghaturkan bhakti, berpikir postif serta meluangkan waktu untuk bermeditasi agar terciptanya kondisi diri yang damai tentram dan bersahaja.
Berdasarkan hitungan kalender Bali Saka, Sasih Kedasa sering diidentikan dengan kata Dasa, jika diterjemahkan berarti bulan ke 10 (sepuluh), yang biasanya jatuh setiap bulan April.
Sasih Kedasa dalam lontar Wariga disebut Sasih Waisaka. Dimana kata 'Waisaka' berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna 'Kelahiran' atau 'Penerangan Sempurna'.
Di India kata 'Waisaka' sering dihubungkan dengan kata 'Veshak' dimana bulan ini dianggap sebagai kelahiran pangeran Sidharta yang merupakan tokoh besar dalam penyebaran ajaran agama Budha sehingga kemudian lahirlah hari suci Waisak.
Di Bali, Sasih Waisaka atau Kedasa adalah bulan yang dianggap paling istimewa diantara bulan lainnya. Seperti yang telah diketahui oleh sebagian masyarakat Bali, bahwa Sasih Kedasa dianggap bulan 'pertama' untuk mengawali tahun Saka, yang ditandai oleh hari Raya Nyepi dan Ngembak Geni. Dimana Waisaka sendiri mengandung makna sebagai implementasi pembersihan diri, penyucian diri dan merupakan proses kehidupan manusia seperti 'Lahir Kembali'. Waisaka juga memiliki makna sebuah fase kejernihan, serta jenjang yang paling 'galang' dalam kehidupan manusia setelah berhasil melewati fase sebelumnya yang dianggap gelap (Sasih Kesanga).
Dalam budaya agraris Bali, Sasih Kedasa juga dipercaya sebagai bulan baik untuk melaksanakan aktivitas sawah, seperti 'Ngemula' 'Majukut', 'Manyi' dan berbagai keperluan lainnya. Tidak jarang para petani Bali akan beramai-ramai menggarap ladangnya menjelang sasih Kedasa. Hal ini ternyata berkaitan dengan kondisi cuaca dan intensitas curah hujan, dimana Sasih Kedasa juga memiliki pengaruh baik terhadap hasil panen.
Di sasih Kedasa ada satu hari yang sangat istimewa yaitu 'Purnama Kedasa'. Dimana oleh sebagian orang Bali menyakini Purnama Kedasa sebagai titik puncak untuk melaksanakan berbagai macam upakara/yadnya. Tidak hanya itu, pada saat yang bersamaan masyarakat Bali sangat antusias untuk melakukan persembahyangan karena Purnama Kedasa dipercaya sebagai Rahinan yang penuh berkah dan kesucian.
Dalam tatanan budaya dan kultur adat Bali, Sasih Kedasa sering dikaitkan dengan kata 'Kedas' yang berarti bersih. Ini berarti bukan alam saja yang mampu menciptakan suasana 'kedas', manusia pun harus mampu melakukan pembersihan diri baik secara rohani maupun jasmani. Pembersihan Jasmani bisa dilakukan dengan menerapkan hidup sehat, mulai dari pola makan seimbang serta olahraga yang cukup. 'Kedas' secara rohani dapat dilakukan dengan cara menghaturkan bhakti, berpikir postif serta meluangkan waktu untuk bermeditasi agar terciptanya kondisi diri yang damai tentram dan bersahaja.
Artikel Menarik Lainnya
15/04/2020
Layangan From Wholeness To Wellness
Keutuhan Tubuh, Nafas dan Pikiran merupakan tahap pertama dalam memahami keutuhan-wholeness. Menghayati keutuhan merupakan kendaraan mencapai kesehatan optimal-wellness 2/08/2019
11 Tangga Pencerahan Di Balik Hari Raya Galungan
Setiap 210 hari, masyarakat Bali, merayakan hari raya Galungan & Kuningan. Suatu ketika saya bertanya-tanya kepada diri sendiri, mengapa di Bali merayakan hari Raya Galungan. 18/04/2019
Beringin ''Mesaput Poleng''
Di Bali, hampir setiap sudut mata memandang kain ''poleng'' ada di mana-mana. Baik di depan rumah, di pura, ataupun di pinggir-pinggir jalan. 7/04/2019
Khasiat Don Piduh
Don Piduh sangat populer di Bali. Dalam lotar Usada Bali, penggunaan Don Piduh sebagai obat tradisional yang sangat mujarab 7/04/2019