Fakta Tumbuhan ‘Tiying’.
Fakta Tumbuhan ‘Tiying’.
Di tengah masyarakat Bali, Tiying adalah tumbuhan yang sangat terkenal dan merupakan jenis tanaman yang paling banyak memiliki kegunaan dan manfaat. Tiying yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki arti Bambu ini adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya serta memiliki banyak tipe.
Bernama latin Bambuseae, merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.
Berbicara tentang Bambu, sejak dulu, tumbuhan yang satu ini dianggap telah dekat dengan budaya Bali. Bahkan, tanpa adanya Tiying, maka sudah pasti sesuatu kegiatan itu tidak akan berjalan lancar, baik itu dalam pembangunan, upakara, dan aktivitas lainnya seperti menyiapkan beberapa sarana/keperluan bebantenan. Budaya Bali sendiri menamai beberapa jenis/tipe Tiying menurut fungsinya, seperti Tiying Petung yang ukurannya relatif besar serta diameter batang yang sangat lebar, umumnya dipergunakan untuk membuat Penjor, Bale, atau dalam pembangunan dipergunakan sebagai tiang taring (pilar). Ada juga Tiying Tali, yaitu jenis bambu yang dipergunakan untuk membuat Tali tradisional, atau bahan membuat ‘Semat’. Dalam upakara, Tiying sangat diperlukan untuk melengkapi sebuah yadnya, misalnya untuk membuat Klakat, Sanggah Cukcuk, Ancak, Katik sate dan beberapa sarana upakara lainnya.
Tidak hanya itu, Kuliner Bali mengenal adanya ‘Jukut Mbung’, yaitu sayur yang bahan pembuatanya berasal dari anak/tunas Bambu yang masih muda (rebung). Sedangkan dikalangan pemuda, bambu kerap dijadikan bahan pokok pembuatan ogoh-ogoh serta ulat-ulatan lainya, disamping bambu mudah diolah nyatanya memiliki nuansa seni yang begitu indah.
Dalam ilmu Botani, tanaman bambu dapat mencapai kedewasaan penuh/siap panen dalam usia 1 s.d 5 tahun sesuai spesiesnya, sedangkan kayu-kayu keras memerlukan waktu 30 s.d 40 tahun untuk dewasa. Hal inilah yang menjadikan bambu sebagai tumbuhan satu-satunya yang dapat mengimbangi tingkat konsumsi orang Bali terhadap kayu, itulah sebabnya, budaya menanam Tiying adalah suatu kewajiban bagi Krama Bali jaman dulu.
Untuk menanam tanaman bambu, para tetua Bali biasanya menyiapkan sebuah lahan khusus, seperti di Tegalan/Abian atau bisa ditanam di Teba, pantang ditanam di area rumah dikarenakan karakteristiknya yang cepat tumbuh dan menyebar sehingga bahaya bagi pekarangan. Namun, ada jenis bambu yang pertumbuhannya tidak berbahaya, yaitu Tiying Gading atau Bambu Kuning, diyakini mampu memberi aura positif dan menangkal berbagai kekuatan jahat.
Secara medis, menanam tumbuhan bambu ternyata sangat bermanfaat. Bambu adalah satu-satunya tanaman penyerap karbon yang super baik, menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen sebagai pengganti ke atmosfir 30% lebih banyak dibandingkan dengan berbagai jenis pohon lainnya. Sedemikian baiknya sebagai penyerap gas rumah kaca, mampu menetralisir/membersihkan udara dengan cepat, dan tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Dalam filsafat budaya ada ungkapan "Isining Buluh Bumbang" dalam bahasa Indonesia isi dari rongga bambu, menurut Anda makna ungkapan itu apa?
Di tengah masyarakat Bali, Tiying adalah tumbuhan yang sangat terkenal dan merupakan jenis tanaman yang paling banyak memiliki kegunaan dan manfaat. Tiying yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki arti Bambu ini adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya serta memiliki banyak tipe.
Bernama latin Bambuseae, merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.
Berbicara tentang Bambu, sejak dulu, tumbuhan yang satu ini dianggap telah dekat dengan budaya Bali. Bahkan, tanpa adanya Tiying, maka sudah pasti sesuatu kegiatan itu tidak akan berjalan lancar, baik itu dalam pembangunan, upakara, dan aktivitas lainnya seperti menyiapkan beberapa sarana/keperluan bebantenan. Budaya Bali sendiri menamai beberapa jenis/tipe Tiying menurut fungsinya, seperti Tiying Petung yang ukurannya relatif besar serta diameter batang yang sangat lebar, umumnya dipergunakan untuk membuat Penjor, Bale, atau dalam pembangunan dipergunakan sebagai tiang taring (pilar). Ada juga Tiying Tali, yaitu jenis bambu yang dipergunakan untuk membuat Tali tradisional, atau bahan membuat ‘Semat’. Dalam upakara, Tiying sangat diperlukan untuk melengkapi sebuah yadnya, misalnya untuk membuat Klakat, Sanggah Cukcuk, Ancak, Katik sate dan beberapa sarana upakara lainnya.
Tidak hanya itu, Kuliner Bali mengenal adanya ‘Jukut Mbung’, yaitu sayur yang bahan pembuatanya berasal dari anak/tunas Bambu yang masih muda (rebung). Sedangkan dikalangan pemuda, bambu kerap dijadikan bahan pokok pembuatan ogoh-ogoh serta ulat-ulatan lainya, disamping bambu mudah diolah nyatanya memiliki nuansa seni yang begitu indah.
Dalam ilmu Botani, tanaman bambu dapat mencapai kedewasaan penuh/siap panen dalam usia 1 s.d 5 tahun sesuai spesiesnya, sedangkan kayu-kayu keras memerlukan waktu 30 s.d 40 tahun untuk dewasa. Hal inilah yang menjadikan bambu sebagai tumbuhan satu-satunya yang dapat mengimbangi tingkat konsumsi orang Bali terhadap kayu, itulah sebabnya, budaya menanam Tiying adalah suatu kewajiban bagi Krama Bali jaman dulu.
Untuk menanam tanaman bambu, para tetua Bali biasanya menyiapkan sebuah lahan khusus, seperti di Tegalan/Abian atau bisa ditanam di Teba, pantang ditanam di area rumah dikarenakan karakteristiknya yang cepat tumbuh dan menyebar sehingga bahaya bagi pekarangan. Namun, ada jenis bambu yang pertumbuhannya tidak berbahaya, yaitu Tiying Gading atau Bambu Kuning, diyakini mampu memberi aura positif dan menangkal berbagai kekuatan jahat.
Secara medis, menanam tumbuhan bambu ternyata sangat bermanfaat. Bambu adalah satu-satunya tanaman penyerap karbon yang super baik, menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen sebagai pengganti ke atmosfir 30% lebih banyak dibandingkan dengan berbagai jenis pohon lainnya. Sedemikian baiknya sebagai penyerap gas rumah kaca, mampu menetralisir/membersihkan udara dengan cepat, dan tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Dalam filsafat budaya ada ungkapan "Isining Buluh Bumbang" dalam bahasa Indonesia isi dari rongga bambu, menurut Anda makna ungkapan itu apa?
Artikel Menarik Lainnya
26/08/2019
SENI BERJALAN
Seni berjalan baik keluar diri mauoun ke dalam diri, membutuhkan tuntunan dan bimbingan 10/04/2020
Sekarura Dalam Pengobatan Tradisional dan Integratif
Kedokteran terintegrasi merupakan gabungan antara kedokteran konvensional dengan kedokteran non konvensional (komplementer & alternatif) 28/02/2020
MANUSIA CELL
Manusia tersusun atas triliunan sel. Keadaan sel akan sangat memengaruhi kesehatan manusianya 7/04/2019
Transformasi diri & Sasih Kedasa
Berdasarkan hitungan kalender Bali Saka, Sasih Kedasa sering diidentikan dengan kata Dasa, jikat diterjemahkan berarti bulan ke 10 (sepuluh), 7/04/2019