Filosofi Di Balik Gerakan Tari Rejang

Filosofi Di Balik Gerakan Tari Rejang

Filosofi Di Balik Gerakan Tari Rejang

Tari adalah bentuk ekspresi estetika manusia, yang terbentuk dari dinamika budaya lokal yang mengiringinya. Musik, gerakan, fungsi dan maknanya tentu saja berbeda di daerah satu dan daerah lainnya. Umumnya tarian tercipta dari hasil perenungan mendalam para seniman, perwujudan imajinasi, pengamatan alam, gerak semesta yang menghadirkan harmoni keindahan ketika berpadu dengan musik yang juga berasal dari alam. 
Selain berfungsi sebagai hiburan, tari juga hadir sebagai pelengkap ritual upacara keagamaan. Salah satunya adalah tari Rejang.

Tari Rejang adalah sebuah tarian tradisional Bali yang gerak-gerak tarinya sangat sederhana (polos), lemah gemulai, yang dibawakan secara berkelompok atau massal oleh perempuan, menggunakan pakaian adat atau pakaian upacara, dengan hiasan yang sederhana.

Menurut beberapa sumber sejarah, Tari Rejang diperkirakan sudah ada sejak jaman pra-Hindu. Yang berfungsi sebagai persembahan suci /sakral, untuk menyambut kedatangan Dewata yang turun ke Bumi. Dalam budaya Bali, Tari Rejang selalu ditampilkan pada berbagai upacara adat dan keagamaan seperti upacara Odalan.

Tari Rejang ini ada bermacam-macam yang dipentaskan sesuai fungsinya masing-masing. Ada Rejang Dewa, Rejang Sutri, Rejang Renteng, Rejang Lilit, Rejang Bengkol, Rejang Oyod Padi, Rejang Ngregong, Rejang Alus, Rejang Nyangnyingan, Rejang Luk Penyalin, dan Rejang Glibag Ganjil, namun umunya tari rejang memiliki gerak yang hampir sama, seperti :

• Memendet
Ditampilkan sebagai bagian pertama dalam gerakan tari rejang. Dalam setiap gerakannya bermakna sebagai sarana untuk menghubungkan diri atau mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Ini bermakna bhawa hendaknya membangun pikiran serta kepribadian yang positif terlebih dahulu, dimanapun berada, apapun yang dilakukan dan dengan siapapun itu.

• Nyalud 
Adalah gerakan tangan mengarah ke dalam dengan kedua tangan menutup dan membuka di depan dada dan posisi kaki secara bergantian kanan dan kiri berada didepan. Sedangkan ngelung adalah gerakan merebahkan diri ke kanan dan ke kiri, disertai satu tangan lurus ke samping dan satu menekuk kearah dada. Kedua gerakan ini menghadirkan lakon yang sangat dinamis, maknanya agar senantiasa selalu rendah hati, ikhlas dan mampu mengendalikan diri.

• Ngeliud 
adalah gerakan mengambil selendang yang diikuti lengkungan badan. Ngenjek adalah gerakan bada naik turun secara teratur dengan kedua tangan direntangkan kesamping. Dan tanjak adalah berdiri dengan tangan lurus ke samping. Tiga gerakan ini memberi makna kelembutan, kehalusan dan kedinamisan yang terkendali yang berarti pikiran yang positif hendaknya dibarengi perilaku yang santun, menjauhkan diri dari perbuatan negatif.

• Memande
Ini adalah bagian akhir dari tari rejang. Dilakukan dalam bentuk rantai melingkar, dimana penari yang satu memegang selendang penari didepannya sehingga menjadi lingkaran yang tak terputus. Bermakna ucapan rasa syukur dan terimakasih dan kesimbangan yang terarah dimana tiap penari saling menyesuaikan langkah dan jarak dengan penari lain di depandan belakangnya.

Dalam lingkar penuh, setiap penari melepaskan ego pribadi. Pada titik ini dianggap pencapaian terbaik dimana kita sudah dapat menyamakan ritme dengan orang lain sehingga tak ada lagi rasa iri, saling mendahului, ataupun persaingan. Mampu meberikan manfaat terhadap orang lain. Tentunya ini fase terindah manusia. Selesai dengan diri sendiri, lalu menjadi pribadi yang penuh kasih dan siap melayani sesama.

Dalam perspektif masyarakat Bali, kesenian adalah bahasa universal sekaligus cara untuk menyatu dengan kehidupan. Disamping sebagai tontonan, nyatanya setiap gerakannya mengandung berbagai filosofi yang sangat bermakna. Tari rejang adalah perwujudan dari cinta yang tulus dan luhur serta kesetiaan pengabdian perempuan Bali terhadap Sang Pencipta.

Artikel Menarik Lainnya


24/01/2020
Dalem Arsa Wijaya

Dalem Arsa Wijaya; Dalam Paradoks Zaman

Munculnya "Raja-Raja" diberbagai daerah dengan berbagai latar belakang, beberapa hari ini menghangat di berbagai media.
Selengkapnya
26/05/2020
colour of change

New Normal With Sidhakarya Quotient

Seorang ahli virologi menyatakan virus covid akan selalu ada sampai akhir zaman, mengharapkan virus ini leyap 100% merupakan kemustahilan. Untuk itu hidup bertampingan
Selengkapnya
2/08/2019
Teknologi DI Balik Hari Raya Galungan & Kuningan

11 Tangga Pencerahan Di Balik Hari Raya Galungan

Setiap 210 hari, masyarakat Bali, merayakan hari raya Galungan & Kuningan. Suatu ketika saya bertanya-tanya kepada diri sendiri, mengapa di Bali merayakan hari Raya Galungan.
Selengkapnya
18/04/2019
Sisi Eksoterik dari Sebuah

Sisi Eksoterik dari Sebuah "Gagapan"

Gagapan merupakan sebuah frase dalam bahasa Bali yang bersinonim dengan buah tangan atau oleh-oleh. Tidak banyak yang mengetahui sisi eksoterik dari sebuah gagapan
Selengkapnya
15/04/2020
Layang-layang

Layangan From Wholeness To Wellness

Keutuhan Tubuh, Nafas dan Pikiran merupakan tahap pertama dalam memahami keutuhan-wholeness. Menghayati keutuhan merupakan kendaraan mencapai kesehatan optimal-wellness
Selengkapnya
18/04/2019
Saput Poleng

Beringin ''Mesaput Poleng''

Di Bali, hampir setiap sudut mata memandang kain ''poleng'' ada di mana-mana. Baik di depan rumah, di pura, ataupun di pinggir-pinggir jalan.
Selengkapnya