ragana setengah

Manusia Setengah dan Lima Metode Olah Diri Menjadi Manusia Paripurna

Dalam pergaulan sehari-hari baik di lingkup keluarga, lingkungan kerja atau di dalam masyarakat seringkali saya merasa salah memberi nilai terhadap seseorang. Kadang saya sering tertipu dengan tampilan luar, kemampuan seseorang dalam berbicara atau berdebat. Mengambil hati atasan atau melakukan berbagai tindakan penuh trik untuk mengangkat diri dengan menginjak orang lain.

Tidak hanya di dunia kerja, di lingkup aguron-guron pun, terjadi hal demikian. Berbagai upaya dilakukan untuk menarik perhatian dan mendapatkan kasih sayang guru. Hingga jengkelnya, saya kemudian melarikan diri dari pergaulan tidak sehat seperti itu, hingga kemudian saya menemukan sebuah kutipan di dalam Kitab Niti Shastra, yang kurang lebih berbunyi sebagai berikut;

Gunakan batang tunjung untuk mengentahui kedalaman air,
perhatikan tingkah laku dan gerak-gerik manusia untuk mengetahui kemulian sifatnya
Ia yang berpengetahuan bersikap sabar, ikhlas, halus dan berbudi tenang
Ia yang telah mencapai kesempurnaan ilmu berbicara dengan tenang dan para pendengar pun girang

Jadi bukan pada tutur kata, namun pada tingkah laku (gestur) dan gerak gerik manusia (mikro ekspretion) untuk mengetahui kemuliaan sifat (baca niat dibalik perilaku). Shastra ini ditulis ribuan tahun yang lalu, dan sejalan dengan pengetahuan teknologi pikiran yang menyatakan ada lima hal Ada lima hal yang penting, yang anda harus tahu di dalam membaca; apa isi kepala orang di depan anda?
1. Pemilihan kata-kata
2. Intonasi
3. Eye gesture movement (gerakan matanya)
4. Body language (gerak tubuhnya)
5. Micro expression (gerak wajahnya)

Dengan memelajari kelima skill ini kita tidak lagi menjadi bulan-bulanan orang lain. Kita tidak lagi menjadi manusia setengah matang, yang selalu menjadi bagian dari perencanaan orang lain, namun sebaliknya dengan memelajarinya, kita telah menapak di halaman depan menjadi diri kita seutuhnya. Dengan mengenali bagaimana kita memilih kata-kata, melantunkannya, memainkan gerak mata serta kekuatan tatapan, gerak tubuh serta ekspresi wajah sejatinya kita sedang melakukan latihan dari para tetua kita. Tidak dalam bahasa vulgar seperti diatas, namun dibungkus rapi dalam lima frase berikut;
Wiraga untuk olah gerak
Wirama untuk olah vocal
Wirasa untuk olah jiwa dan menghayati sesuatu,
Wicara yakni mengolah tutur kata, dan
Wibawa yakni seni dalam menempatkan diri

Dengan melatih lima hal ini kita ditutun menjadi manusia yang bersikap sabar, iklas, halus dan tenang. suatu kualitas yang perlu kita usahakan dan pelajari sepanjang hayat. Demikian setidaknya para tetua terdahulu mengingatkan kita untuk meningkatkan diri dari manusia "matah" (setengah matang) menjadi manusia paripurna, sehingga memunculkan TAKSU dalam segala peran yang kita mainkan dalam panggung kehidupan. 

Artikel Menarik Lainnya


4/05/2019
Catus Pata

''Catus Pata'' Simpul Energi Alam

Persimpangan jalan di kawasan kota kerap menjadi spot yang unik karena dihiasi taman atau beragam patung
Selengkapnya
2/02/2020
Grubug

Lima Resep Kuno Hadapi Serangan Virus pada Ternak Babi

Grubug akibat virus ASF, ini lima resep kuno dari leluhur Bali zaman dulu
Selengkapnya
7/04/2019
Benarkah Bersepeda Bisa Bikin Mandul?

Benarkah Bersepeda Bisa Bikin Mandul?

Bersepeda merupakan olahraga yang paling digandurungi masyarakat saat ini, namun benarkah bersepeda menyebabkan mandul?
Selengkapnya
16/04/2020
Layanan Sapu Lidi

Layanan Sapu Lidi Dalam Kedokteran Terintegrasi

Dalam proses pengobatan tidak ubahnya dengan menyapu SAMPAH. Sampah dalam hal ini adalah berbagai hal yang menjadi sumber penyakit. 
Selengkapnya
1/03/2020
Bali Era Baru

BALI ERA BARU; Manusia Lama dengan Paradigma Baru

Bali Era Baru lahir dari manusia dengan paradigma baru. Bali Era Baru adalah Bali yang menghormati semua warna sebagai bagian dari kebhinekaan
Selengkapnya
2/08/2019
Teknologi DI Balik Hari Raya Galungan & Kuningan

11 Tangga Pencerahan Di Balik Hari Raya Galungan

Setiap 210 hari, masyarakat Bali, merayakan hari raya Galungan & Kuningan. Suatu ketika saya bertanya-tanya kepada diri sendiri, mengapa di Bali merayakan hari Raya Galungan.
Selengkapnya